Asam Para Aminosalilisat ( asam p-aminosalisilat )
Ditemukan tahun
1940, dahulu merupakan OAT garis pertama yang disunakan bersama dengan isoniazid
dan streptomycin; kemudian kedudukannya digantikan oleh ethambutol. PAS memperlihatkan
efek bakteriostatik terhadap M tuberculosis dengan menghambat secara kompetitif
pembentukan asam folat dari asam para-amino benzoat. Penggunaan PAS sering disertai
efek samping yang mencakup keluhan saluran cerna, reaksi hipersensitifitas (10%
penderita), hipotiroid, trombositopenia, dan malabsorpsi.
• Sebelum
diternukan etambutol, para-amino salisilat (PAS) merupakan obat yang sering
dikombinasikan dengan anti tuberkulosis lain.
AKTIVITAS ANTIBAKTERI.
• Obat ini
bersifat bakteriostatik. In vitro sebagian besar strain M. tuberculosis sensitif
thd PAS dg kadar 1 g/ml. Aktivitas antimikroba PAS sangat spesifik thd M.
tuberculosis saja.
MEKANISME KERJA.
• PAS mempunyai
rumus molekul yang mirip dengan asam para aminobenzoat (PABA), Mekanisme
kerjanya sangat mirip dengan sulfonamid. Karena sulfonamid tidak efektif
terhadap M. tuberculosis dan PAS tidak efektif terhadap kuman yang sensitif
terhadap sulfonamid, maka ada kemungkinan bahwa enzim yang bertanggung jawab
untuk biosintesis folat pada berbagai macam mikroba bersifat spesifik.
RESISTENSI.
• Secara umum
resistensi in vitro terhadap PAS lebih sukar terjadi dibandingkan terhadap
streptomisin. Resistensi terhadap PAS juga terjadi pada penderita yang sedang
dalam pengobatan, walaupun terjadinya lebih lambat ketimbang streptomisin.
FARMAKOKINETIK.
• PAS mudah
diserap melalui saluran cema. Obat ini mencapai kadar tinggi dalam berbagai
cairan tubuh kecuali dalam cairan otak. Masa paruh obat sekitar satu jam.
Delapan puluh person PAS diekskresi melalui ginjal, 50% di antaranya dalam
bentuk terasetilasi. Penderita dengan insufisiensi ginjal tidak dianjurkan
menggunakan PAS karena ekskresinya terganggu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar